WTI masih dominan Bearsih

img
Minyak WTI belum memiliki katalis kuat untuk mengalami rebound, harga bergerak mendekati support kuat.

Harga minyak mentah WTI kontrak U5 pada 20 Agustus 2025 kembali mengalami tekanan turun, dengan harga berada di sekitar $62,07 per barel. Penurunan ini melanjutkan tren bearish yang telah berlangsung, di mana harga alami koreksi sekitar 5,89% dalam sebulan terakhir. Secara teknikal, indikator menunjukkan bahwa tekanan jual masih dominan, dengan RSI yang mendekati kondisi oversold dan pergerakan harga yang terus menembus support-support penting.

 

Level resistance utama berada di kisaran $64,18, yang selama beberapa sesi terakhir menjadi batas yang sulit ditembus oleh harga. Sementara itu, support kunci berada di level $61,66 dan $60,87, yang menjadi titik-titik penahan penurunan harga. Pola pergerakan harga dan indikator moving average juga mengarah pada sinyal bearish yang kuat, bahkan ada indikasi bahwa harga bisa melanjutkan penurunan hingga mendekati level $57,71 jika tekanan pasar tetap berlanjut.

 

Dari sisi fundamental, kondisi pasar minyak saat ini dipengaruhi oleh kekhawatiran akan kelebihan pasokan global. Laporan dari EIA memperkirakan bahwa inventori minyak dunia akan meningkat lebih dari 2 juta barel per hari pada kuartal keempat tahun ini, disebabkan oleh peningkatan produksi dari OPEC+ dan negara-negara penghasil minyak non-OPEC. Produksi minyak Amerika Serikat juga diprediksi mencapai rekor tertinggi pada akhir tahun ini, meski aktivitas pengeboran mulai menurun akibat harga minyak yang rendah.

 

Selain itu, ketegangan geopolitik masih menjadi faktor risiko utama yang dapat mempengaruhi pasokan dan harga minyak, terutama terkait negosiasi sanksi ekspor minyak Rusia yang masih berlangsung. Meski ada prediksi rebound harga minyak dalam jangka menengah dengan potensi kenaikan ke kisaran $63,78 hingga $66,32, dalam jangka pendek pasar masih dikuasai oleh sentimen bearish yang kuat.

Secara keseluruhan, harga minyak WTI pada 20 Agustus 2025 diperkirakan akan terus bergerak di bawah tekanan jual, dengan level support dan resistance yang menjadi kunci pengamatan para pelaku pasar. Situasi fundamental dan teknikal yang belum stabil mengharuskan para investor untuk terus memantau perkembangan pasokan dan situasi geopolitik agar dapat mengambil keputusan yang tepat.